Pabrikpengolah biodiesel minyak jelantah milik Yayasan Lengis Hijau, Bali. Foto: Yayasan Lengis Hijau Program biodiesel pemerintah Indonesia terus bergerak maju. Di akhir 2019, Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkomitmen meningkatkan pemanfaatan bahan bakar nabati ini dari B30 menjadi B50 pada 2021 mendatang.
– Pencemaran lingkungan akibat pembuangan sampah dan limbah masih menjadi pekerjaan rumah di Indonesia. Berdasarkan data Sistem Informasi Persampahan Nasional SIPSN Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kementerian LHK pada 18 Januari 2020, total timbunan sampah nasional mencapai 65,7 juta ton per tahun atau setara dengan 13 juta gajah per jumlah tersebut, sampah makanan menjadi penyumpang terbesar, yakni 27,7 persen. Kemudian, sumber sampah terbesar berasal dari rumah tangga dengan kisaran 45,8 persen. Salah satu penyumbang sampah terbesar adalah limbah rumah tangga yang dihasilkan oleh rumah tangga dan usaha mikro kecil dan menengah UMKM. Limbah jenis ini dapat mencemari dan merusak ekosistem lingkungan. Guna mengatasi hal tersebut, Gojek dan GoTo Financial bagian dari Grup GoTo bekerja sama dengan Kementerian LHK serta Waste4Change menyelenggarakan sustainability workshop bertema “DariAksiKecil Ubah Limbah Jadi Berkah, Kelola Minyak Jelantah secara Tepat” bagi mitra UMKM, Selasa 22/2/2022. Baca juga Ini Strategi Electrum, Patungan Gojek-TBS, Kembangkan Ekosistem Kendaraan Listrik Nasional Head of Merchant Partnership and Brand Strategy Gojek Putri Rusli mengatakan, workshop tersebut mengajak pelaku usaha untuk mengolah limbah rumah tangga agar dapat memberi nilai tambah. “Gojek dan GoTo Financial terus berupaya mendampingi para mitra untuk mengurangi dan mendaur ulang sampah sebagai resolusi menyambut awal 2022,” tutur Putri pada acara workshop tersebut. Inisiatif tersebut, lanjut Putri, merupakan aksi kecil untuk mengajak mitra usaha dan masyarakat melakukan langkah konkret terhadap kelestarian lingkungan. DOK. AWAWA PRABANING ARKA. Head of Merchant Partnership and Brand Strategy Gojek Putri Rusli. . Ia menjelaskan, workshop pengelolaan limbah minyak jelantah merupakan bagian dari edukasi GoGreener. Edukasi ini merupakan program dari GoTo yang mengajak dan memfasilitasi pelanggan, mitra usaha, dan mitra driver di ekosistemnya untuk dapat melakukan aksi yang lebih ramah lingkungan. Edukasi GoGreener dilakukan melalui serial workshop DariAksiKecil yang dilaksanakan selama Februari-Maret 2022. “Setelah workshop ini, kami akan menyelenggarakan sustainability workshop lanjutan dengan tema menyulap minyak jelantah menjadi sabun ramah lingkungan serta langkah menuju bisnis ramah lingkungan,” ujarnya. Olah sampah dengan 3R Pada kesempatan sama, Direktur Pengurangan Sampah Kementerian LHK Sinta Saptarina Soemiarno mengapresiasi upaya Gojek dan GoTo Financial yang mendukung program pengurangan sampah yang bekerja sama dengan pihaknya. Baca juga Dukung Pelaku Usaha Jadi BestSeller, GoSend Luncurkan Ragam Inovasi pada 2022 Untuk diketahui, inisiatif "Dari Aksi Kecil" tersebut adalah salah satu bentuk implementasi kolaborasi berkelanjutan Gojek dan Kementerian LHK melalui nota kesepahaman yang telah ditandatangani pada Hari Peduli Sampah Nasional 2021. Selain workshop tersebut, Gojek dan Kementerian LHK sudah bekerja sama terkait pengurangan sampah plastik, edukasi etika bisnis berkelanjutan, dan mengampanyekan gaya hidup ramah lingkungan kepada pelaku bisnis. Sinta melanjutkan, solusi terhadap masalah sampah, bisa diterapkan melalui 3R, yakni mengurangi reduce, menggunakan kembali reuse, dan mendaur ulang recycle.DOK. AWAWA PRABANING ARKA. Direktur Pengurangan Sampah Kementerian LHK Sinta Saptarina Soemiarno. Menurutnya, solusi tersebut dapat diterapkan pelaku UMKM melalui sistem ekonomi sirkular untuk memanfaatkan sisa hasil produksi sampai tidak bisa digunakan lagi. Sementara, masyarakat bisa mengalihfungsikan barang bekas menjadi barang lain yang berdaya guna. Sebagai contoh, menggunakan bahan dari baju bekas untuk diolah menjadi tas. Baca juga Terus Berinovasi, GoFood Pelopori Teknologi Robot Otomatis di Layanan Pesan Antar Makanan “Masyarakat bisa menerapkan gaya hidup minim sampah. Dengan demikian, sampah yang dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir TPA hanya sedikit dan memang barang yang sudah tidak bisa digunakan lagi,” tutur Sinta Daur ulang limbah minyak jelantah Pengolahan limbah 3R bisa diterapkan pada minyak jelantah hasil rumah tangga atau produksi UMKM. Pada sustainability workshop, Head of Communication & Engagement Waste4Change Hana Nur Auliana menjelaskan daur ulang limbah minyak jelantah dapat menjadi solusi mengatasi masalah lingkungan yang bisa ditimbulkan oleh limbah tersebut. Seperti diketahui, limbah minyak jelantah dapat menyebabkan kerusakan lingkungan hingga gangguan kesehatan pada manusia. Baca juga Bersama OJK, GoTo Financial Luncurkan Buku Pintar Finansial untuk UMKM dalam Bentuk Digital Limbah tersebut dapat menyumbat saluran air dan menurunkan kadar oksigen di sungai atau kali yang tercemar. Akibatnya, banyak ikan mati di sungai yang tercemar limbah minyak jelantah. Oleh karena itu, kata Hana, minyak jelantah jangan dibuang di saluran air. Jangan pula dibuang atau ditimbun di tanah. Sebaiknya, limbah minyak jelantah didaur ulang karena dapat memberi nilai tambah bagi pelaku UMKM. Limbah ini dapat diolah menjadi bahan bakar biodiesel, lilin, dan sabun. Untuk mendaur ulang, pelaku UMKM tak perlu melakukannya sendiri. Pelaku usaha cukup menampung minyak jelantah sisa produksi. Saat menampung, saring minyak dari sisa-sisa gorengan agar mudah diolah. Baca juga Fitur Carbon Offset GoTo Group dan Resmi Diadopsi Kemenparekraf Setelah tertampung banyak, lanjut Hana, minyak jelantah bisa disalurkan ke tempat penampungan dan penyimpanan minyak jelantah resmi. Saat ini, penampungan tersebut sudah tersedia di banyak tempat, salah satunya milik Waste4Change. Pelaku UMKM dapat menyalurkan limbah minyak jelantah ke Waste4Change untuk diolah menjadi produk bernilai tambah. “Kami akan melakukan pengangkutan secara berkala ke lokasi. Minimal volume minyak yang kami angkut sekitar 1 mobil pick-up atau kira-kira 20 jeriken. Minyak jelantah yang diangkut oleh Waste4Change akan disalurkan ke pabrik untuk diolah menjadi biodiesel,” katanya. Hana menambahkan, selain minyak jelantah, Waste4Change juga menerima barang sisa konsumsi lain, seperti jeriken, botol sampo, sisa kosmetik, serta kardus.
Sebaranlokasi sumber minyak jelantah yang tidak simetris dengan lokasi pabrik pengolahan biodiesel, teknologi pengolahan (terutama yang dikelola oleh masyarakat) yang belum cukup efisien dan kualitas biodiesel hasil olahan minyak jelantah yang masih perlu diuji lebih jauh, menjadi tantangan selanjutnya.Kesukaan orang Indonesia dalam mengolah makanan sudah dipastikan hanya ada dua yaitu Dikukus atau direbus yang tanpa minyak goreng atau digoreng baik dengan minyak kelapa atau minyak sawit yang ujung-ujungnya akan menghasilkan minyak Jelantah sebagai yang kita ketahui penggunaan minyak goreng lebih dari 3 kali akan menyebabkan kerusakan minyak goreng secara kimia. Kerusakan ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuhnya, sehingga tinggal asam lemak jenuh saja. Minyak goreng yang dipanaskan pada suhu 160 - 205 ⁰C kemudian teroksidasi, dapat memicu sel kanker pada hati dan merusak fungsi hati juga dapat meningkatkan kolesterol dalam darah yang berpotensi memicu penyakit Rumah makan, Hotel, Pabrik, dan rumah tangga merupakan pengguna minyak goreng yang besar. Potensi inilah banyak digunakan oknum yang tidak bertanggung jawab untuk mengoplos minyak dan menjual kembali pada masyarakat luas. Padahal peraturan pemerintah sudah jelas pada Pasal 62 Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Dengan hukuman pidana penjara paling lama 5 lima tahun penjara atau pidana denda paling banyak Dua miliar rupiah.Oleh karena berbagai masalah yang timbul dari pembuangan limbah minyak jelantah, ada yang dibuang ke badan air sehingga menimbulkan masalah penyumbatan saluran juga ada yang dibuah ke tanah menimbulkan masalah lingkungan. dari sebab hal tersebut maka ada sebuah usaha untuk mengolah limbah tersebut menjadi bahan bakar nabati setara solar Biodiesel, yaitu GEN OIL. Gen Oil hadir sebagai mitra strategis untuk pengolahan minyak goreng bekas yang teruji dan terjamin mutunya. Demi terciptanya lingkungan masyarakat yang sehat & bersih secara berkelanjutan. Gen Oil didirikan di Makasar, Sulawesi Selatan sejak 2011 dan pabrik pengolahannya berdiri sejak 2014 dengan kapasitas 2000 Kg Jelantah/hari skala kecil yang tidak akan menggerus pasar Pertamina. Bahkan Pertamina dapat mencabut subsidinya ke agen tertentu yang berkerjasama dengan Gen ini Gen Oil telah merambah ke Jakarta dan bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Perindustrian dan Energi, kedua pihak akan mendirikan "pilot project" pengolahan jelantah menjadi biodiese dengan kapasitas 2000 Kg jelantah/hari, dalam program OK OCE Director Gen Oil Jakarta Dally M. Subagijo mengatakan jika pilot project ini telah didirikan maka Gen Oil akan terus merambah dan membantu mengurangi limbah dengan mengolah limbah jelantah di tiap daerah, hingga di masa depan Indonesia akan dapat mengurangi limbah jelantah terbuang dengan beberapa Investor yang tertarik mengolahnya pendirian pabrik memiliki IRR hingga lebih dari 20%, dan program ini juga menyehatkan masyarakat dengan tidak mengkonsumsi jelantah yang mengandung racun kanker. Untuk lebih jelasnya Dally mempersilahkan kita melihat youtube Gen Oil Gen Oil Jabodetabek channel dan jika ada pertanyaan dan minat investasi dapat mengirimkan email ke [email protected]Mari kita galakkan hidup sehat dan lingkungan hijau.......
Pabrikpengolahan minyak goreng bekas atau jelantah berkapasitas 200 liter per hari dikembangkan di Pusat Biokilang (Biorefinery) Universitas Kobe, Jepang, bekerja sama dengan Bioenergy Corporation-perusahaan berbasis inovasi bioteknologi. Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Maret 2016, di halaman 13 dengan judul